Kasus kekerasan seksual terus meningkat di Indonesia. Tidak hanya orang dewasa yang menjadi korban, bahkan anak-anak hingga balita juga merasakan hal yang miris yaitu sebagai korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual adalah kegiatan seksual yang dilakukan secara paksa oleh orang dewasa pada anak atau oleh anak kepada anak lainnya.
Kemungkinan kekerasan seksual terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua, pelaku yang memiliki kesempatan, atau bahkan anak yang menjadi korban tidak bisa menolak karena rasa takut.
Pelecehan seksual tidak bisa dibenarkan atau dianggap sepele sekalipun, karena dapat menyebabkan berbagai efek negative pada korbannya. Maka dari itu harus disikapi dengan serius. Bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, pelecehan seksual juga membuat korban rentan mengalami berbagai gangguan psikis. Diantaranya :
- Kecemasan yang meningkat terus menerus
Cemas akan normal ketika seseorang menghadapi keadaan mencekam atau situasi di luar harapannya. Namun, jika hal tersebut terjadi berkepanjangan dan tidak bisa dikendalikan akan menimbulkan stres dan menyebabkan gangguan pada kehidupan sosial penderita.
- Depresi
Korban yang memilih untuk diam lebih rentan untuk mengalami depresi. Bila sudah depresi, gejala utamanya adalah merasa sedih atau tertekan sepanjang hari, mudah lelah dan tak memiliki tenaga untuk beraktivitas, serta kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai..
- Trauma
Trauma, atau secara medis disebut sebagai posttraumatic stress disorder (PTSD), merupakan gangguan psikologis yang rentan dialami korban pelecehan seksual tingkat lanjut, seperti percobaan pemerkosaan.
Pada gangguan ini, penderitanya terbayang-bayang akan kejadian pelecehan seksual yang dialaminya secara berkepanjangan. Mereka juga sering mengalami mimpi buruk tentang hal tersebut dan berusaha menghindari segala sesuatu yang dapat membangkitkan ingatan tentang kejadian mengerikan yang pernah dialaminya.
- Histeria
Histeria, atau disebut juga dengan gangguan konversi, merupakan salah satu gangguan psikologis ekstrem yang bisa terjadi pada korban pelecehan seksual. Gejala histeria umumnya berupa hilangnya fungsi salah satu bagian tubuh secara mendadak tanpa adanya penyakit fisik yang menyebabkannya.
Misalnya, pada penderita pelecehan seksual yang dipaksa untuk menyentuh daerah kelamin pelaku, tak lama setelah kejadian, penderita mengeluh tangannya lumpuh padahal tak ada penyakit yang dialaminya. Histeria umumnya terjadi karena kondisi stres dan emosi yang berat.