Sejarah PDIP
Sejarah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dimulai dari penggabungan lima partai politik, yaitu PNI, Parkindo, Partai Katolik, Murba, dan IPKI. Tiga partai pertama memiliki kecenderungan nasionalis-sekuler-progresif-populis, sementara dua partai terakhir memiliki orientasi keagamaan, yaitu Kristen dan Katolik. Kelima partai ini memiliki perbedaan dalam latar belakang, basis sosial, ideologi, dan perkembangan sejarah. Fusi kelima partai tersebut terjadi pada tanggal 10 Januari 1973 yang sekarang dirayakan sebagai ulang tahun PDI Perjuangan.
Selama perjalanan partai, PDI terus mengalami perubahan dalam struktur kepemimpinannya. Pada suatu saat, Soerjadi memimpin partai ini dan saat itu ia dikritik oleh pemerintah pada masa Orde Baru. Penguasa saat itu memiliki keinginan untuk mengakhiri karier Soerjadi.
Beberapa “dosa politik” yang dilakukan Soerjadi terhadap rezim Orde Baru membuatnya harus dihapuskan, seperti halnya para senior sebelumnya. Kongres Medan disiapkan untuk tujuan tersebut. Namun, Soerjadi memilih untuk melawan. Akibatnya, tubuh partai ini melakukan “aklamasi” untuk mengembalikan Soerjadi ke posisi kepemimpinan. Namun, hal ini menimbulkan penentangan yang luas, terutama karena keinginan penguasa yang bergerak ke arah itu. Kontroversi yang terus berlanjut akhirnya ditemukan solusinya melalui penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memiliki sejarah yang terkait dengan kejadian pada 27 Juli 1996, di mana markas DPP PDI diserbu oleh ratusan orang yang mengenakan kaos merah dengan niat untuk mengambil alih.
Peristiwa ini juga menjadi momen penting bagi Megawati Soekarno Putri untuk muncul dalam dunia politik Indonesia. Sebelum kejadian tersebut, Megawati telah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan anggota Komisi I DPR RI.
Namun, setelah peristiwa tersebut, namanya semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia. Nama PDIP semakin tersebar di seluruh negeri, terutama menjelang pemilu tahun 1999.
Kemudian, Megawati Sukarnoputri mengubah nama partai menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999 agar dapat ikut serta dalam pemilu. Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan kemudian diumumkan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta. PDIP mengadakan Kongres I pada tanggal 27 Maret hingga 1 April 2000 di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jawa Tengah. Kongres tersebut menetapkan Megawati Sukarnoputri sebagai Ketua Umum DPP PDIP untuk periode 2000-2005. Pada Kongres IV PDIP di Bali pada tanggal 8-12 April 2015, Megawati Sukarno Putri kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP untuk periode 2015-2020.
Makna Logo PDIP
Logo PDIP yang terdiri dari sebuah gambar banteng hitam dengan moncong putih di dalam lingkaran berwarna merah dengan garis-garis hitam dan putih. Logo ini memiliki makna sebagai berikut:
1. Banteng dengan tanduk yang kuat melambangkan kekuatan rakyat dan dedikasi dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
2. Warna dasar merah melambangkan keberanian dalam mengambil risiko demi memperjuangkan kebenaran dan keadilan bagi rakyat.
3. Mata merah dengan pandangan tajam melambangkan kewaspadaan terhadap ancaman dalam perjuangan.
4. Moncong putih melambangkan kepercayaan dan komitmen dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
5. Lingkaran merah melambangkan tekad yang bulat dan perjuangan yang terus menerus tanpa henti.