Pembunuhan Akseyna, Anak Kolonel yang Ditenggelamkan di Danau UI
Pada tahun 2015, Kamis, 26 Maret kampus Universitas Indonesia (UI) digegerkan dengan berita meninggalnya salah satu siswa teladan, Akseyna Ahad Dori. Akseyna ditemukan mengambang di sisi danau UI dengan lima buah batu konblok dalam tas yang terikat di punggung. Pada awalnya, Kepolisian Sektor (Polsek) Beji menyatakan motif dimalik kematian Akseyna merupakan bunuh diri. Akan tetapi, Ayah dari Akseyna, Kolonel (sus) Mardoto dengan tegas menyanggah keterangan polisi. Menurut sang ayah, Akseyna adalah anak yang sangat ceria, pantang menyerah, dan penuh dengan kehidupan. Ia percaya bahwa anaknya sudah dibunuh. Menanggapi pendapat Mardoto, Kepolisian Sektor Beji kembali membuka kasus Akseyna dan mengeluarkan pernyataan baru setelah dua bulan lamanya. Mereka menyatakan Akseyna telah dibunuh atas dasar bukti tulisan yang ia tinggalkan sebagai perpisahan terakhir di kos-kosannya tidak terlihat seperti tulisan tangan Akseyna sama sekali.
Siswanto (Robot Gedek)
Siswanto, pria yang tega membunuh 12 anak laki-laki dengan amat kejam. Dia juga tak segan melakukan kekerasan seksual lalu membelah perut korban hingga terbuka. Setelah itu, dia akan meminum darah korbannya dan memutilasi tubuhnya untuk menghilangkan barang bukti. Hal mengerikan ini dilakukan oleh Siswanto mulai tahun 1994 hingga korban terakhir ditemukan pada Juli 1996.
Pria yang akhirnya meninggal tahun 2007 di Nusa Kambangan ini mengaku sangat menikmati aksinya. Bahkan, dia kerap mengambil beberapa bagian tubuh korban untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.
Pembunuhan Munir, Aktivis HAM Indonesia
Munir adalah salah satu aktivis paling kritis di tahun 90 dan 2000-an. Pria kelahiran Malang, Jawa timur ini bahkan pernah membantu memecahkan kasus pembunuhan Marsinah, walaupun pada akhirnya menemui jalan buntu. Munir meninggal di dalam pesawat pada 7 September 2004. Salah satu pramugari pesawat Garuda-975 bersaksi Munir mengeluk kesakitan. Ketika pesawat take-off dari bandara Changi, Singapura. Ia kemudian dipindahkan untuk duduk bersebelahan dengan seseorang yang berprofesi dokter di dalam pesawat. Bebapa jam setelah mendarat di Amsterdam, Munir ditemukan sudah tidak bernyawa. Sebulan setelahnya, polisi mengeluarkan hasil visum Munir, yang memperlihatkan jejak senyawa arsenik di dalam tubuhnya. Dalang pembunuhan Munir sampai sekarang belum diketahui.
Babeh Baekuni
Baekuni (54) ditangkap pada tahun 2010 atas tuduhan pembunuhan berantai dan juga kekerasan seksual pada anak laki-laki di bawah umur. Saat diperiksa, Baekuni mengaku telah membunuh 14 anak laki-laki di bawah umur. Dia gemar melakukan pelecehan pada anak-anak hingga menyetubuhi mayatnya.
Baekuni mengalami trauma masa kecil hingga melampiaskan rasa sakitnya dengan membunuh anak-anak jalanan tak berdosa. Baekuni dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Dukun Asep
Tubagus Yusuf Maulana atau Dukun Asep adalah terpidana mati kasus pembunuhan berencana terhadap delapan orang yang ingin menggandakan uang melalui bank gaib. Asep dikenal oleh korban-korbannya sebagai seorang dukun yang mampu menggandakan uang. Namun, Asep dengan sadis membunuh korbannya melalui upacara ritual dan memberikan minuman beracun. Para korbannya percaya ritual dan minuman yang diberikan Asep adalah cara untuk menggandakan uang. Pembunuhan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada 17 Mei 2007 sebanyak lima orang dibunuh, dan pada 19 Juli 2007, tiga korban kembali dibunuh.
Upacara ritual yang harus dilakukan adalah menyuruh para korban menggali lubang yang sudah disiapkan oleh Asep. Kemudian, korban diberi minuman beracun yang warnanya hitam. Asep membunuh korbannya untuk menguasai uang yang disyaratkan pelaku karena setiap korban harus menyediakan uang Rp 20 juta. Dukun Asep kemudian divonis mati oleh Pengadilan Negeri Rangkasbitung pada 10 Maret 2008. Pada tahun yang sama, Asep juga dieksekusi mati.