Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 Masehi. Kerajaan ini memiliki pengaruh di pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain.
Bukti-bukti arkeologis tentang keberadaan Kerajaan Samudera Pasai ditemukan melalui makam raja-raja Pasai di kampung Gedong, Aceh Utara. Salah satu dari makam-makam raja tersebut terdapat nama Sultan Malik Al Saleh. Dari karya tulis Hikayat Raja Pasai, yang pada awal teks tertulis 1360 H, menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di sepanjang pantai barat laut Sumatera yang menghadap Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan penting pada masa itu. Kerajaan ini sempat menjadi pusat dari perdagangan mancanegara. Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan bercorak Islam yang terdapat di Sumatra.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu pada 1276 Masehi dan runtuh pada abad ke-16 setelah beberapa abad berkuasa. Terdapat beberapa peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang berhasil ditemukan. Peninggalan-peninggalan tersebut kemudian digunakan para ahli sebagai sumber sejarah.
Sejarah Kerajaan Samudra Pasai berawal dari ditemukannya tiga batu nisan bersurat, dua di Leubok Tuwe, Meurah Mulia dan satu di Matang Ulim, seperti dikutip dari buku Tinggalan Sejarah Samudera Pasai oleh CISAH (2014). Dalam batu nisan tersebut menggambarkan adanya pemerintahan Islam yang terjadi pada pertengahan abad ke-7 Hijriah atau 13 Masehi.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai ditandai dengan raja yang berkuasa, masa kejayaan, dan jejak peninggalan yang masih ada hingga saat ini.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang dipimpin oleh sultan. Kesultanan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak yang sudah ada sebelumnya. Samudera Pasai terletak di wilayah yang sangat strategis.
Kawasan Pasai dekat dengan laut dan tidak jauh dari Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan ke Persia, Arab, Cina serta India. Kondisi ini membuat Samudera Pasai terus berkembang menjadi pusat perdagangan besar. Saat menjadi pusat bisnis, Kerajaan Samudera Pasai juga fokus pada komoditas utamanya yaitu lada.
Raja-raja Samudera Pasai
Berikut adalah daftar beberapa raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai:
-
Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
-
Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
-
Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345 M)
-
Sultan Malik Az-Zahir (?-1346 M)
-
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (ca. 1346-1383 M)
-
Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405 M)
-
Sultanah Nahrasiyah (1405-1412 M)
-
Sultan Sallah Ad-Din (ca. 1402-?)
-
Sultan Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455 M)
-
Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (ca. 1455-ca. 1477 M)
-
Sultan Zain Al-‘Abidin (ca. 1477-ca. 1500 M)
-
Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (ca. 1501-1513 M)
-
Sultan Zain Al’Abidin (1513-1524 M)
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
-
Nisan Samudera Pasai
-
Gerabah Lokal, Keramik Asing, serta Benda Logam
-
Koin Dirham Samudera Pasai
-
Cakra Donya
-
Stempel Sultan al-Malik az-Zhahir
-
Hikayat Raja-raja Pasar
-
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
-
Tradisi Peutroen Aneuk