Candi Muara Takus, mahakarya batu bata merah yang menjulang di Kabupaten Kampar, Riau, menyimpan segudang misteri dan pesona sejarah. Keberadaannya menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau, membisikkan kisah peradaban yang pernah tumbuh subur di Bumi Lancang Kuning.
Sejarah Candi Muara Takus: Jejak Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Candi Muara Takus
Candi Muara Takus di Riau merupakan kompleks candi Budha tertua di Indonesia yang berasal dari abad ke-4 hingga ke-11. abad Masehi Candi ini merupakan salah satu bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada masa lampau.Sejarah Candi Muara Takus masih diselimuti misteri karena belum ditemukan bukti sejarahnya.
Namun beberapa prasasti dan arca Buddha yang ditemukan di sekitar candi menunjukkan bahwa candi ini merupakan tempat peribadatan umat Buddha.Kompleks Candi Muara Takus terdiri dari beberapa candi utama yaitu Candi Mahligai, Candi Bungsu, dan Candi Tua. Candi Mahligai merupakan candi terbesar dan tertinggi di kompleks ini.
Bentuknya yang unik menyerupai laut yang melambangkan gunung suci Kailash, tempat tinggal para dewa. Candi Bungsu dan Candi Tua berukuran lebih kecil dan bentuknya lebih sederhana dibandingkan Candi Mahligai Kompleks Candi Muara Takus memiliki beberapa bangunan lain selain candi induk, seperti stupa, arca Buddha, dan kolam.
Stupa adalah simbol Buddha Gautama yang mencerminkan pencerahan spiritual. Patung Buddha yang ditemukan di sini menampilkan berbagai mudra atau gerakan tangan yang memiliki makna keagamaan.
Kolam di kompleks candi ini dipercaya pernah digunakan untuk ritual keagamaan.Candi Muara Takus merupakan bukti penting penyebaran agama Budha di Indonesia pada masa lalu. Candi ini juga menjadi simbol kejayaan kerajaan Sriwijaya yang menguasai Asia Tenggara.
Saat ini Candi Muara Takus menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi pemerintah Indonesia dan menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.
Fungsi Candi Muara Takus
Fungsi utama Candi Muara Takus tentu saja sebagai tempat pemujaan umat Buddha. Hal ini terlihat jelas dari struktur bangunannya yang menyerupai stupa, tempat menyimpan relikwi atau benda peninggalan tokoh penting agama Buddha.
Stupa utama, yang dinamakan Candi Muara Takus I, memiliki bentuk segi delapan dan dihiasi dengan patung-patung dewa serta motif hias khas Buddha.Selain sebagai tempat pemujaan, Candi Muara Takus diduga kuat difungsikan sebagai lokasi ritual keagamaan.
Terdapat struktur bangunan lain yang menyerupai petak-petak kecil, diduga sebagai tempat para biksu melakukan meditasi atau pembacaan mantra. Menariknya, kompleks candi ini juga ditemukan memiliki tempat pembakaran tulang, mengindikasikan praktik kremasi yang dilakukan oleh masyarakat penganut Buddha pada masa itu
Apa yang terdapat di Candi Muara Takus
Di dalam situs Candi Muara Takus ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, serta Palangka. Candi Tua merupakan bangunan utama dalam kompleks candi ini. Candi ini memiliki ukuran 32,8 meter kali 21,8 meter dan terbuat dari campuran batu, pasir, dan batu bata yang dicetak.
Candi Tua juga memiliki 36 sisi yang menghiasi bangunannya. Selain itu, terdapat juga Candi Bungsu yang berada di sebelah barat Candi Mahligai. Candi Bungsu terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) pada bagian depan dan batu bata pada bagian belakang.
Candi Bungsu memiliki ukuran panjang 7,50 meter, lebar 16,28 meter, dan tinggi 6,20 meter. Kemudian, terdapat juga Stupa Mahligai yang merupakan bangunan candi yang dianggap paling utuh. Stupa Mahligai memiliki bentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 meter kali 10,6 meter.
Pada bagian tengahnya terdapat sebuah menara berbentuk mirip yoni dengan tinggi mencapai 14,3 meter. Terakhir, terdapat Palangka yang merupakan candi terkecil di antara yang lain. Candi Palangka terbuat dari susunan batu bata merah yang tidak dicetak.
Candi ini memiliki ukuran panjang 6,60 meter, lebar 5,85 meter, dan tinggi 1,45 meter. Semua bangunan candi ini memiliki nilai sejarah dan seni yang tinggi, dan menjadi bagian penting dari kompleks Candi Muara Takus yang kaya akan warisan budaya Indonesia.